KKP: Ekosistem Karbon Biru Kunci Atasi Perubahan Iklim

JAKARTA, (15/12) –  Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyebut bahwa penguatan ekosistem karbon biru menjadi bagian penting dalam mendukung adaptasi dan aksi mitigasi perubahan iklim.

Penguatan ekosistem karbon biru ini dalam mengatasi perubahan iklim menjadi salah satu posisi penting Indonesia, termasuk dalam Konferansi Tingkat Tinggi Perubahan Iklim PBB 2023 atau Conference of the Parties (COP28) yang berlangsung di Dubai, Uni Emirat Arab beberapa waktu lalu.

Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut, Victor Gustaaf Manoppo menyebutkan bahwa ekosistem karbon biru sebagai solusi berbasis alam dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk mendukung tidak hanya adaptasi tetapi juga aksi mitigasi perubahan iklim.

“Kita perlu mengambil tindakan nyata sebelum terlambat. Pendekatan-pendekatan seperti solusi berbasis alam dan adaptasi berbasis ekosistem dapat menjadi bagian dari tindakan nyata tersebut,” kata Victor pada sesi Unlocking the Potentials of Nature Based Solutions for Adaptation and Mitigation of Climate Change.

Lebih lanjut Victor menjelaskan bahwa Indonesia sebagai pemilik 17 persen cadangan karbon biru dunia, berpeluang besar memanfaatkan ekosistem karbon biru sebagai salah satu solusi untuk mengatasi perubahan iklim.

“Selain memiliki sekitar 3,3 juta hektar hutan bakau, kita juga memiliki 1,8 juta hektar lamun yang kemampuannya menyerap karbon 3-4 kali lebih tinggi dibanding ekosistem darat,” ujarn Victor

Lebih lanjut Victor juga menerangkan sebagai aksi adaptasi, ekosistem karbon biru bersama dengan ekosistem terumbu karang, merupakan bagian dari ketahanan ekosistem dan bentang alam.

Pengelolaan karbon biru dalam konteks perubahan iklim menjadi bagian penting kebijakan ekonomi biru yang saat ini diterapkan KKP melalui 5 (lima) program prioritas, yaitu: perluasan kawasan konservasi laut; perikanan tangkap terukur berbasis kuota; pembangunan perikanan budidaya laut, pesisir, dan darat yang ramah lingkungan; pengawasan dan pengendalian wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil; serta pengelolaan sampah plastik di laut.

Sejalan dengan KKP, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) melalui Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Nani Hendiarti menyebutkan Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan Nature-based Solutions (NBS), dimana 15 persen potensi NBS dunia ada di Indonesia. Melihat beragam potensi tersebut, pemerintah akan mengembangkan peta jalan karbon biru, adanya Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon memperkuat pengoptimalan karbon biru ini.

“Sektor kelautan dan karbon biru juga akan kami masukkan kedalam target nationally determined contribution (NDC),” ucap Nani.

Sebagai informasi, KKP telah meluncurkan Profil Aksi Mitigasi Karbon Biru Lamun sebagai bagian dari strategi pemerintah untuk mengatasi perubahan iklim dan meningkatkan potensi karbon biru. Profil Aksi Mitigasi Karbon Biru Lamun ini merupakan kerjasama KKP dan UNDP yang berisi hasil perhitungan pengurangan emisi dari ekosistem lamun dan bertujuan untuk melestarikan, meningkatkan potensi penyimpanan karbon, serta memulihkan habitat karbon biru.

Menutup sesinya, Victor pun mengajak semua pihak untuk kolaborasi dan berkontribusi mengatasi masalah-masalah perubahan iklim.

“Kami menyadari bahwa penanganan perubahan iklim merupakan tantangan yang kompleks yang membutuhkan komitmen dan solusi yang beragam. Mitigasi dan tindakan adaptasi di laut dan wilayah pesisir akan menentukan jalan kita menuju masa depan yang lebih berkelanjutan dan Tangguh,” ujarnya.

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono dalam berbagai kesempatan selalu menekankan pentingnya diplomasi maritim serta kerja sama dengan berbagai negara untuk mewujudkan strategi pembangunan ekonomi biru yang menitikberatkan pada aspek ekologi dan ekonomi pada aktivitas yang menetap di ruang laut. Oleh karenanya KKP sebagai pemangku kepentingan utama pengelolaan Ekosistem Karbon Biru di Indonesia terus berupaya menjadikan ekosistem karbon biru sebagai modal alam yang harus dikelola secara berkelanjutan.

HUMAS DITJEN PENGELOLAAN KELAUTAN DAN RUANG LAUT

Sosialisasi Gemar Makan Ikan oleh DWP Politeknik KP Bitung

Dalam rangka HUT Kementerian Kelautan dan Perikanan ke-24, HUT Dharma Wanita Persatuan (DWP) Ke-24 tanggal 7 Desember 2023 dan Hari Ibu tanggal 22 Desember 2023, Politeknik KP Bitung melaksanakan kegiatan “Sosialisasi Gemar Makan Ikan” Sinergitas Dharma Wanita Persatuan dan Dosen Politeknik Kelautan dan Perikanan Bitung, yang dirangkaikan dengan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Politeknik KP Bitung Kampus Manado, Jln Pramuka 17, Kel. Sario Kota Baru, Kec. Sario, Kota Manado. Hadir dalam kegiatan tersebut Bapak/Ibu guru beserta siswa kelas 1 dan 2 SDN 67 Manado, Lurah Kel.Sario Kota Baru, Jajaran Dosen, Taruna/i, Pengurus dan anggota DWP Politeknik KP Bitung serta
Kegiatan tersebut berjalan lancar dan meriah dengan hadirnya anak-anak SDN 67 Manado menerima sosialisasi gemar makan ikan dan juga bisa langsung mencicipi produk perikanan yang diolah oleh Dosen Prodi TPPP bersama Ibu-Ibu DWP Politeknik KP Bitung.
Kedepan akan dilanjutkan dengan kerjasama antara Politeknik KP Bitung dengan SD.N 67 Manado selaku Sekolah Penggerak melalui Dinas Pendidikan Manado.

Budidaya Ikan Hias dan Maggot Jadi Kegiatan Unggulan SFV

DEPOK (12/12) – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BPPSDM) menjadikan budidaya ikan hias dan pakan alami berbasis maggot sebagai salah satu ekspose Smart Fisheries Village (SFV) berbasis UPT.

Kepala Pusat Riset Perikanan (Pusriskan) Yayan Hikmayani mewakili Kepala BPPSDM mengatakan bahwa posisi ikan hias dan maggot saat ini menjadi sangat strategis dengan potensi yang sangat besar. Namun demikian terdapat beberapa tantangannya, seperti perlunya meningkatkan tak hanya produksi tapi juga pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan penggunaan teknologi, salah satunya teknologi maggot. Menurutnya, hal ini ditangkap oleh BPPSDM melalui program terobosan SFV, baik SFV berbasis desa maupun SFV berbasis UPT.

“Konsep SFV baik yang di level desa maupun UPT akan digunakan sebagai sarana pengembangan SDM baik dari aspek pendidikan, pelatihan dan penyuluhan serta sebagai sarana inkubasi bisnis untuk mencetak startup di bidang perikanan,” ungkap Yayan pada IMAGO FAIR 2023, 6-7 Desember 2023, di Balai Riset Budidaya Ikan Hias (BRBIH) Depok, Jawa Barat.

Lebih lanjut Yayan menyebut bahwa SFV merupakan konsep pembangunan desa perikanan yang berbasis penerapan teknologi informasi komunikasi dan manajemen tepat guna berkelanjutan untuk meningkatkan ekonomi masyarakat desa. SFV mendukung program ekonomi biru yang tertuang dalam program prioritas KKP.

“Pengembangan desa perikanan menjadi SFV berbasis desa dan UPT merupakan sebuah kebutuhan, dimana sebuah desa atau UPT dipandang bukan lagi sebuah komunitas statis namun perlu didorong dengan inovasi program-program yang membawa modernisasi dan peningkatan daya saing. Diharapkan melalui SFV akan terbentuk jejaring bisnis, pengetahuan, keterampilan dan interaksi antar pelaku bisnis yang dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat desa dan UPT itu sendiri,” tambahnya.

Dengan beralihnya tugas dan fungsi riset, SFV UPT lingkup BPPSDM, termasuk BRBIH Depok, memanfaatkan sarana dan prasarana eks riset untuk dimanfaatkan sebagai contoh model pengembangan SDM dan teknologi guna diapdosikan di masyarakat.

Sebagai ekspose SFV UPT, BRBIH menggelar IMAGO FAIR 2023 untuk pertama kalinya yang mempertemukan pelaku ikan hias dan magot dalam ekosistem pasar. IMAGO Fair ini juga diharapkan menghasilkan puluhan aquascaper baru dan ratusan taruna-taruni yang terampil dalam pengemasan ikan hias.

“Ini menjadi salah satu upaya untuk mempertemukan para stakeholder dan praktisi untuk bersama-sama membangun industri ikan hias dan magot”, ujar Yayan.

Pada IMAGO FAIR kali ini diluncurkan Miniplant of Low Carbon Feed berikut produk turunan magot, tandatangan kerja sama dengan para mitra, pemutaran video produk loca feed dan video cooming soon aplikasi lelang digital (aquatia), market day, bazaar, coaching clinic aquascape, packing ikan hias, lomba mewarnai, demo memasak ikan, penyerahan 1.000 ekor ikan koi dan 1.000 ekor ikan neon tetra kepada kelompok pembudidaya, Sharing Knowledge, dan sebagainya.

Sharing Knowledge diharapkan dapat menghasilkan outcome terbentuknya jejaring dan penyuplai ikan hias dan magot ke industri, serta terbangunnya satu miniplant Low Carbon Feed baru. Bertindak sbg narasumber Sharing Knowledge yaitu Staf Khusus Menteri KUKM Riza Damanik, Guru Besar Universitas Indonesia Prof. Martani Huseini, Ketua Asosiasi Ikan Hias Joty Atmadjaja, Ketua II Asosiasi BSF Indonesia Markus Susanto, dan Direktur PT. Green Prosa Arky Gilang.

Turut hadir pada kegiatan ini antara lain para Kepala Dinas/Badan Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota seperti DKI Jakarta, Depok, Bogor, Tangerang, Tangerang Selatan, Bekasi, Magetan, Tulungagung, Tanah Bumbu, para Kepala UPT, penyuluh perikanan, dosen dan taruna lingkup BPPSDM, mitra perusahaan, dan sebagainya. Kegiatan ini gratis dan terbuka untuk masyarakat umum.

HUMAS BPPSDM